RUMAH ADAT DAERAH SULAWESI SELATAN
RUMAH TONGKONAN
1. Struktur dan Arsitektur Rumah Tongkonan
Secara umum, rumah tongkonan ini mempunyai struktur rumah panggung
dengan tiang-tiang penyangga bulat yang berdiri secara berjajar
menyokong tegaknya bangunan. Pada tiang-tiang yang menopang lantai,
rangka atap, dan dinding tersebut tidak di tanam di dalam tanah,
melainkan hanya ditumpangkan di batu berukuran besar yang dipahat sampai
berbentuk persegi.
Dinding dan lantai di rumah adat tongkonan ini terbuat dari papan-papan yang disusun dengan sedemikian rupa. Keseluruhan papan-papan tersebut direkatkan tanpa menggunakan paku, melainkan hanya ditumpangkan atau diikat memakai sistem kunci. Meskipun papan-papan tersebut tanpa dipaku, namun papan tersebut tetap tetap kokoh kuat sampai puluhan tahun.
Bagian atap pada rumah adat Sulawesi Selatan ini menjadi bagian yang paling unik. Atap pada rumah tongkonan ini berbentuk menyerupai perahu terbaling lengkap dengan buritannya. Ada pula yang menganggap bahwa bentuk dari atap ini seperti tanduk kerbau. Atap dari rumah tongkonan ini sendiri terbuat dari bahan dasar ijuk atau daun rumbia, meskipun saat ini penggunaan bahan seng sebagai atap lebih kerap ditemukan.
2. Fungsi Rumah Tongkonan
Selain dianggap sebagai identitas kebudayaan dari masyarakat Provinsi
Sulawesi Selatan, rumah tongkonan dimasa lampau juga menjadi rumah
tinggal untuk masyarakat suku Toraja. Rumah Tongkonan ini dianggap
sebagai perlambang ibu, sementara pada bagian lumbung padi yang ada di
depan rumah atau kerap disebut Alang Sura, yang merupakan perlambang
ayah. Adapun untuk menunjang fungsinya tersebut sebagai rumah tinggal,
maka rumah adat Provinsi Sulawesi Selatan ini dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu pada bagian atas atau rattiang banua, bagian tengah atau
kale banua dan bagian bawah atau sulluk banua.
Pada bagian tengah atau disebut juga dengan kale banua ini merupakan
bagian inti dari rumah adat Provinsi Sulawesi Selatan. Bagian ini
terbagi menjadi beberapa bagian ruangan yang tentunya berdasarkan dari
fungsi-fungsi khususnya, yakni bagian tengah, bagian utara, dan bagian
selatan.
- Bagian utara disebut juga dengan istilah ruang Tengalok ini merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu dan juga untuk meletakan sesaji atau persembahan. Selain itu, jika pemilik rumah telah memiliki anak, maka di ruangan ini juga kerap digunakan sebagai tempat tidur bagi anaknya.
- Bagian pusat disebut juga dengan Sali ini merupakan ruangan yang berfungsi untuk beragam keperluan, seperti halnya sebagai tempat pertemuan keluarga, ruang makan, dapur, sekaligus juga tempat meletakan mayat yang dipelihara.
- Bagian selatan disebut juga dengan Ruang Sambung ini merupakan ruangan khusus dipakai sebagai kamar bagi kepala keluarga. Tidak sembarang orang bisa masuk ke ruangan satu ini tanpa seizin dari pemilik rumah.
Pada bagian Atas atau disebut juga dengan rattiang banua ini merupakan ruangan yang berada di loteng rumah. Ruangan ini difungsikan sebagai tempat menyimpan benda pusaka yang dianggap mempunyai nilai sakral. Benda-benda berharga yang dianggap penting juga disimpan di dalam ruangan ini.
Pada bagian Bawah atau yang disebut juga sulluk banua ini merupakan bagian kolong rumah. Di bagian ini difungsikan sebagai kandang hewan atau tempat untuk menyimpan berbagai macam alat pertanian.
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis Rumah Tongkonan
Selain memiliki bentuk atap yang menyerupai tanduk kerbau, ada beberapa
ciri khas lainnya yang terdapat pada rumah tongkonan yang membuatnya
begitu sangat berbeda dengan rumah adat dari provinsi lainnya di
Indonesia. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mempunyai ukiran di bagian dindingnya dengan 4 (empat) warna dasar, yakni warna merah, putih, kuning dan juga hitam. Masing-masing warna tersebut mempunyai nilai filosofisnya tersendiri, warna merah melambangkan tentang kehidupan, warna putih melambangkan tentang kesucian, warna kuning melambangkan tentang anugerah, dan warna hitam melambangkan tentang kematian.
- Di bagian depan rumah ada susunan tanduk kerbau yang dipakai sebagai tempat hiasan sekaligus juga ciri tingkat strata sosial dari pemilik rumah. Semakin banyak tanduk yang mereka dipasang, maka akan semakin tinggi pula kedudukan pemilik rumah. Tanduk kerbau sendiri di dalam kebudayaan toraja merupakan lambang kekayaan dan juga kemewahan.
- Di bagian yang terpisah dari rumah adat ada sebuah bagunan yang berguna sebagai tempat lumbung padi atau yang disebut dengan alang sura. Pada bangunan lumbung padi ini juga berupa bangunan panggung. Tiang-tiang penyangganya pun terbuat dari batang pohon palem yang sangat licin, sehingga tikus tidak dapat masuk ke dalam bangunan tersebut. Lumbung padi ini dilengkapi juga dengan berbagai ukiran bergambar ayam dan juga matahari yang melambangkan tentang kemakmuran dan keadilan.
SUMBER:https://www.kamerabudaya.com/2017/06/rumah-tongkonan-rumah-adat-suku-toraja-provinsi-sulawesi-selatan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar